Workshop Hasil Pemantauan Garam Yodium

Reporter : Syamsul Akbar

KRAKSAAN – Dalam rangka mendukung penanggulangan dan pencegahan stunting, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo menggelar workshop hasil pemantauan garam yodium di ruang pertemuan Tengger Kantor Bupati Probolinggo, Kamis (18/7/2019).

Kegiatan yang dibuka oleh Wakil Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Probolinggo Hj. Sudjilawati Soeparwiyono ini diikuti oleh 150 orang dari Tim Penggerak PKK Kabupaten Probolinggo dan Tim Penggerak PKK Kecamatan serta perwakilan dari desa di Kabupaten Probolinggo. Selama kegiatan mereka mendapatkan materi dari narasumber yang berasal dari Dinkes Kabupaten Probolinggo dan Pakar dari Akademi Gizi Surabaya.

Kepala Dinkes Kabupaten Probolinggo dr. Anang Budi Yoelijanto mengungkapkan garam yodium merupakan penambah dalam makanan, tetapi mempunyai fungsi yang penting dalam kehidupan manusia. Seseorang akan dapat berkurang kecerdasannya jika kekurangan zat yodium dalam jangka waktu yang lama. Kadar zat yodium dalam garam akan turun bila terjadi kerusakan, kerusakan bisa terjadi saat masak memasak yang tidak benar dan cara menyimpan yang tidak benar.

“Di Kabupaten Probolinggo hasil pemantauan garam yodium yang dilakukan oleh petugas gizi di 33 puskesmas, bentuk garam halus sebanyak 77%, curia 5%, briket 19 %, garam yang bermerek 85% dan yang tidak bermerek 14%, hasil uji zat yodiumnya cukup 79%, kurang 12% dan tidak ada kadar yodiumnya 8%,” ungkapnya.

Menurut Anang, kekurangan zat yodium pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran (abortus), kecacatan bawaan, pada remaja dan anak bisa menyebabkan penyakit gondok, gangguan pertumbuhan mental serta kerdil.

“Tim Penggerak PKK Kabupaten Probolinggo merupakan organisasi masyarakat yang mempunyai peranan penting pada kesehatan ibu dan anak dalam memberikan edukasi maupun motivasi baik secara individu maupun kelompok terutama dalam penggunaan garam yang beryodium. Anggota PKK tersebar di masyarakat sehingga mempunyai potensi untuk memantau secara langsung penggunaan garam beryodum di masyarakat,” tegasnya.

Sementara Wakil Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Probolinggo Hj. Sudjilawati Soeparwiyono mengatakan konsumsi garam yodium sangat dianjurkan pada semua keluarga terutama yang dalam keluarga itu ada ibu hamil, ibu menyusui dan balita. Zat yodium adalah zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia dan banyak terkandung dalam garam untuk masakan dapur. Karena garam semua manusia memakainya sehingga zat yodium dimodifikasikan dalam garam.

“Zat yodium mempunyai peranan yang sangat penting dalam tubuh, terutama pada ibu hamil. Akibat kekurangan zat yodium pada ibu hamil kemungkinan terbesar adalah keguguran dan cacat bawaan pada anak yang dikandungnya. Apabila terjadi pada anak serta remaja menyebabkan penyakit gondok dan gangguan pertumbuhan mental serta kerdil,” katanya.

Menurut Ny. Sudjilawati, kesehatan anak tergantung dari pola asuh termasuk asupan, dimulai dari janin dalam kandungan, bayi, balita, remaja, dewasa dan usia lanjut yang perlu terus diupayakan dan diperjuangkan. Hak anak lainnya adalah hak tumbuh kembang yang harus dilakukan secara simultan dan agar lebih optimal perlu pemenuhan kebutuhan asuh, asih dan asah. Ada tiga hal yang harus diketahui semua orang tentang anak. Yakni, meningkatkan perlindungan anak, meningkatkan kualitas hidup anak dan meningkatkan pelayanan kesehatan anak.

“Beberapa masalah bayi dan balita masih terjadi di Kabupaten Probolinggo. Antara lain, masih adanya kematian bayi di tahun 2018 sebanyak 242. Penyebab kematian bayi 30 persen karena kecacatan bawaan, berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) 983 balita atau 5,25% yang stunting 49,4% berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, sehingga Kabupaten Probolinggo tahun 2017 ditetapkan sebagai daerah lokus stunting,” jelasnya.

Hj Sudjilawati menerangkan permasalahan ini tidak dapat ditangani hanya oleh orang tua saja, namun perlu kepedulian, kesadaran dan peran aktif keluarga, masyarakat dan lingkungan dalam semua bidang serta Tim Penggerak PKK agar semakin banyak balita yang terpantau tumbuh kembangnya menjadi balita yang sehat, cerdas dan kreatif yang merupakan cermin daripada orang tua yang hebat anak akan sehat.

“Dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah beserta masyarakat untuk penanggulangan dan pencegahan stunting sehingga di tahun 2018 hasil Riskesdas prevalensi stunting di Kabupaten Probolinggo turun menjadi 39,8 %. Penurunan yang cukup bermakna tetapi kecacatan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu masih cukup banyak dan kematian bayi tahun 2019 sebanyak 82 bayi yang disebabkan oleh kecacatan 25 bayi atau 30,4%,” terangnya.

Dari hasil survey garam yodium yang dilakukan oleh petugas gizi puskesmas pada bulan Juni 2019 di 33 puskesmas, hasilnya keluarga yang menggunakan garam dengan yodiumnya cukup sebanyak 79%, kurang 12% dan tidak ada zat yodiumnya 8%. Ini menjadi tugas bersama, terutama Tim Penggerak PKK yang selalu erat dengan masyarakat untuk melakukan penyuluhan baik individu maupun kelompok terutama di posyandu.

“Kami berharap kegiatan ini tidak berhenti hanya pada saat ini saja, namun tetap berkelanjutan di masyarakat dengan tetap meningkatkan pemahaman, kepedulian, kesadaran dan peran aktif Tim Penggerak PKK agar bayi dan balita sehat, cerdas dan mampu berkreasi sesuai dengan tingkat kemampuannya, bertingkah laku yang baik sehingga menjadi anak yang berkualitas. Dengan demikian kita dapat menurunkan jumlah kematian bayi, jumlah kecacatan pada anak dan jumlah anak stunting di Kabupaten Probolinggo,” pungkasnya. (wan)

Artikel ini telah tayang di https://probolinggokab.go.id dengan judul : Dinkes Gelar Workshop Hasil Pemantauan Garam Yodium, https://probolinggokab.go.id/v4/dinkes-gelar-workshop-hasil-pemantauan-garam-yodium/

Leave a Reply