Puskesmas Pajarakan Bentuk Pokja Tuberkulosis-Diabetes Melitus TB-DM
Reporter : Syamsul Akbar
PAJARAKAN – Dalam rangka untuk menurunkan angka kematian kasus TB (Tuberkulosis) pada ODHA (Orang Dengan HIV) dan menurunkan angka relaps pada pasien TB dengan DM (Diabetes Melitus), Puskesmas Pajarakan membentuk Pokja (Kelompok Kerja) TB-DM dan penguatan Pokja TB-HIV, Kamis (28/3/2019).
Kegiatan ini diikuti oleh para kader TB, anggota Paguyuban Bebas TB dan semua lintas sektor terkait yang ada di wilayah Kecamatan Pajarakan. Dalam kesempatan tersebut juga dilakukan penandatanganan Komitmen Lintas Sektor Kecamatan Pajarakan Untuk Eliminasi TBC pada Tahun 2030 dan Mendukung Inovasi Program TBC dengan Semangat Gempita (Semangat Gebrak Pintu Temukan TB Paru).
Kepala Puskesmas Pajarakan dr. Syaiful Bahri mengatakan mengatakan pada seseorang yang terinfeksi TB, 10% diantaranya akan menjadi sakit TB. Namun pada seorang dengan HIV positif akan meningkatkan kejadian TB. Orang dengan HIV berisiko 20-37 kali untuk sakit TB dibandingkan dengan orang yang tidak terinfeksi HIV.
“Dengan demikian, penularan TB di masyarakat akan meningkat pula. Di Indonesia diperkirakan sekitar 3% pasien TB dengan status HIV positif. Sebaliknya TB merupakan tantangan bagi pengendalian ODHA karena merupakan infeksi oportunistik terbanyak (49%) pada ODHA,” katanya.
Menurut Syaiful, kegiatan penemuan kasus TB pada ODHA dimulai dari penerapan kaji status TB pada setiap ODHA ataupun sebaliknya. “Oleh karena itu perlu adanya mekanisme kolaborasi TB HIV dengan membentuk Kelompok Kerja atau Pokja TB-HIV sesuai Rencana Aksi Nasional Kolaborasi TB-HIV 2015-2019,” jelasnya.
Selain HIV, Diabetes Melitus (DM) menjadi kontributor 15% kasus TB di dunia. Ancaman kesehatan akibat TB potensial meningkat seiring dengan peningkatan angka penyandang DM. Disfungsi imunitas dan paru pada penyandang DM inilah yang turut berkontribusi pada tingginya kejadian dan buruknya luaran penyandang DM dan TB.
“Tidak hanya itu, angka relaps dan kematian pada pasien TB dengan DM juga lebih tinggi dibanding pasien TB tanpa DM. Strategi penanggulangan TB dalam pencapaian eliminasi nasional TB dilakukan dengan peningkatan kolaborasi layanan melalui TB-HIV dan TB-DM,” jelasnya.
Berdasarkan data tahun 2016-2018 di Puskesmas Pajarakan jelas Syaiful, data capaian penemuan suspek penderita TB Paru kurang dari 75%. Pada tahun 2016 angka penemuan suspek TB paru hanya 15,43 %, tahun 2017 19,36 % dan tahun 2018 sebesar 22,3%.
“Meskipun tidak memenuhi target capaian penemuan suspek penderita TB, namun 3 tahun terakhir angka penemuan suspek TB di Puskesmas Pajarakan mengalami peningkatan. Hal itu tidak lepas dari peran serta masyarakat khusus kader TB dan anggota Paguyuban Bebas TB Puskesmas Pajarakan untuk terus bekerja sama menemukan suspek penderita TB sebanyak-banyaknya,” terangnya.
Lebih lanjut Syaiful menegaskan di Puskesmas Pajarakan jumlah penderita 4 tahun terakhir. Tahun 2015 ada 50 penderita, tahun 2016 ada 49 penderita, tahun 2017 ada 44 penderita dan tahun 2018 ada 38 penderita.
“Pada tahun 2017 dari 44 penderita TB, 3 penderita dengan TB-HIV dan 2 penderita dengan TB-DM. Sedangkan di tahun 2018 dari 38 penderita TB, 5 penderita dengan TB-DM dan 1 kasus relaps dengan TB-DM,” tambahnya.
Syaiful menambahkan dengan adanya pertemuan pembentukan Pokja TB-DM dan penguatan Pokja TB-HIV ini diharapkan dapat menurunkan angka kematian pada TB pada ODHA dan menurunkan angka relaps pada pasien TB dengan DM. (wan)
sumber:https://probolinggokab.go.id/v4/puskesmas-pajarakan-bentuk-pokja-tb-dm/