Dinkes Tingkatkan Kapasitas Petugas Dan Kader
Reporter : Syamsul Akbar
KRAKSAAN – Dalam rangka menurunkan gizi buruk dan stunting pada ibu hamil KEK (Kurang Energi Kronis), Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo mengadakan kegiatan berupa peningkatan kapasitas petugas dan kader dalam pelayanan gizi terpadu pada ibu hamil dan balita, Rabu (10/7/2019).
Kegiatan ini diikuti oleh 60 orang peserta terdiri dari bidan desa, bidan koordinator dan petugas gizi puskesmas serta kader posyandu dari 5 puskesmas dan 10 desa lokus stunting di Kabupaten Probolinggo. Selama kegiatan mereka mendapatkan materi kondisi capaian KGM tahun 2018 serta gizi kronis dan gizi ibu hamil. Sebagai narasumber hadir akademi gizi Rofiqi.
Kepala Dinkes Kabupaten Probolinggo dr. Anang Budi Yoelijanto melalui Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Sri Patmiati mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan petugas dan kader dalam mengatasi masalah gizi baik ibu hamil maupun balita.
“Selain itu, untuk mengenali secara dini masalah gizi pada balita maupun ibu hamil, mengajari kader dalam melakukan penimbangan dan pengukuran tinggi badan dengan benar serta melakukan penanganan secara dini masalah gizi pada balita dan hamil,” katanya.
Menurut Sri Patmiati, dalam rangka menunjang peningkatan kualitas sumberdaya manusia perlu dilakukan upaya secara dini, berlanjut dan terus menerus yaitu dengan meningkatkan derajat kesehatan balita yang nantinya akan menjadi generasi penerus pembangunan bangsa Indonesia.
“Kita sadari bersama bahwa masalah-masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat tidak dapat diselesaikan sendiri oleh sektor kesehatan. Hal tersebut disebabkan karena faktor yang berpengaruh terhadap tingkat atau derajat kesehatan masyarakat antara lain faktor pelayanan kesehatan, faktor lingkungan hidup, faktor perilaku masyarakat sendiri juga dari faktor genetik,” jelasnya.
Sri Patmiati menerangkan, untuk mengatasi hal tersebut perlu ditingkatkan keterlibatan secara aktif masyarakat serta kemandiriannya sehingga tujuan pembangunan nasional dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan.
“Guna menunjang percepatan pencapaian tujuan tersebut perlu dilakukan upaya melalui berbagai program antara lain dengan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia sedini mungkin yaitu dengan memperhatikan kesehatan dan tumbuh kembang anak balita melalui kegiatan Bulan Timbang yang dilakukan bulan Pebruari dan Agustus yang sekaligus sebagai bulan Vitamin A,” tegasnya.
Sementara narasumber Rofiqi mengatakan strategi layanan gizi terpadu intervensi gizi pada ibu hamil. BBLR terjadi karena gizi buruk dalam kandungan. Anak kurang gizi tidak harus banyak makan sayur dan buah tetapi lebih ke protein. Selama anak pilek, pertumbuhan tulang panjang berhenti. Sehingga apabila anak pilek harus segera diatasi.
“Struktur otak anak saat di perut lebih banyak oleh lemak. Apabila ibu hamil TBC maka diobati dengan dijemur pada matahari untuk mendapatkan vitamin D. Alergi terjadi karena sistem imun yang lemah. Orang bule selalu berjemur dan banyak minum susu karena bila tidak berjemur dan minum susu maka tulangnya mudah keropos,” katanya. (wan)